Pendidikan Kristen
www.ipeka.org
Prinsip-prinsip Pendidikan Kristen untuk Anak(Dengan Dr. Khoe Yao Tung, MSc.Ed, MEd.) Dalam perspektif pendidikan Kristen, siapa yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan anak?
Alkitab
menyatakan bahwa tugas utama dalam mendidik anak ada pada orangtua.
Sejak anak dibesarkan, peran orangtua tidak dapat diabaikan, baik
pemberian nutrisi, pemeliharaan, pendidikan, dan keteladanan bagi
perkembangan anak, baik untuk perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional maupun spiritual. Namun seiring bertambahnya usia anak dan
terbatasnya kemampuan orang tua dalam berbagai aspek pengetahuan serta
kesibukan tuntutan kehidupan, sebagian orangtua terabaikan perannya
sebagai pendidik utama. Mereka hampir sepenuhnya menyerahkan tugas
mendidik hanya kepada sekolah.
Dalam perspektif Kristen, sekolah adalah mitra orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Sedangkan orangtua adalah pendidik utama. Sekolah Kristen harus menyelaraskan prinsip pendidikan Kristen berkaitan pengembangan karakter dan pendisiplinan anak baik di sekolah maupun di rumah. Sekolah Kristen adalah perpanjangan tangan dari orangtua dalam mendidik anak. Sekolah Kristen berkesempatan menggunakan pertemuan orang tua murid sebagai sarana “parenting school“ dengan tujuannya menjalin relasi dan kebersamaan dalam mengembangkan karakter, sikap, moral, dan spiritual anak. Untuk dapat membangun hubungan tersebut, Sekolah Kristen harus memiliki filsafat dan prinsip-prinsip pendidikan Kristen yang bersumber pada kebenaran Firman Tuhan.
Apa yang sebaiknya menjadi pertimbangan orang tua ketika ingin menyerahkan anaknya untuk dididik kepada pihak lain juga, misalnya sekolah?
Apabila orang tua mendelegasikan pendidikan anak kepada orang lain atau pihak lain, mereka harus memilih guru-guru Kristen yang selektif dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. (I Sam. 1:27-28). Orang tua harus memilihkan sekolah Kristen terbaik bagi pendidikan anak mereka. Mereka perlu memastikan pembinaan iman, kerohanian dan pendidikan akademik yang terbaik yang ada dalam sekolah Kristent tersebut.
Ketika Musa mendidik anak-anak bangsa Israel untuk mengikuti Tuhan, Yitro mengatakan bahwa dia lebih baik mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain jika ia berencana untuk bertahan hidup. Namun, Yitro memperingatkan Musa untuk sangat berhati-hati dalam memilih orang, Musa perlu memeriksakan karakter orang yang dapat didelegasikan sebagian dari tanggung jawab ini. Pada dasarnya, masing-masing orang pilihan harus takut akan Tuhan, cinta kebenaran dan benci ketamakan.
Jika peran utama tersebut ada pada orang tua, siapakah yang lebih berperan, apakah sang ayah atau ibu?
Orang tua memegang peran penting bagi pendidikan anak. Sejak dari bayi sampai memilihkan sekolah bagi anaknya, peran orang tua sebagai pendidik utama sudah dinyatakan. Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab orangtua bersama. Setiap orangtua Kristen harus sadar bahwa anak-anak adalah tugas orang tua yang diperintahkan Tuhan dalam mendidik anak. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya orangtua mendidik dan mengajar anak-anak mereka. Alkitab menyebutkan peran ayah secara spesifik ditugaskan dalam mendidik anak-anak mereka “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4). Peran ayah dalam mendidik anak juga dinyatakan dalam Ibrani 12:9-10, ” dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati” Bahkan ada pepatah mengatakan “seorang ayah yang mengajar lebih dari seratus guru”, memberikan gambaran betapa pentingnya ayah (orang tua) yang mengajar.
Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar. Setiap orang tua Kristen harus bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang Tuhan berikan dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak semata-mata mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tetapi mengenal kebenaran Allah, hidup bersama dengan Allah. Mazmur 127:5 mengatakan “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” Pendidikan pada anak mengajarkan mereka jalan kehidupan, jalan yang menunjukkan juruselamat, menunjukkan kebenaran, mengenal hikmat, dan pengetahuan. Pendidikan anak harus berdasarkan pada Firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran mutlak.
Oswald Chambers (1874-1917) seorang guru dan penginjil dari gerakan Holiness Movement dari Inggris merespon kegundahanya dalam pendidikan anak. Menurut Chambers, manusia beriman harus mendidik anak dalam iman, sebab bila tidak, mereka akan kesulitan datang tidak ada untuk menolongnya, dia terisolasi dan kesepian.
Anak saya sulit belajar, apakah harus menunggu anak itu ingin belajar, terutama bagi para orang tua sibuk, untuk mendidik anak mereka?
Alkitab mengatakan bahwa kita wajib mengajar anak-anak dengan sepenuh waktu, di sinilah kita harus membuat suasana belajar yang lebih kondusif, membuat mereka siap belajar. Alkitab tidak menyebutkan anak akan belajar ketika mereka siap. Orang tua harus mengkondisikan kesiapan anak dalam belajar dalam sepanjang waktu. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Di sinilah peran orang tua dan guru agar anak dapat dipersiapkan sepanjang waktu untuk mereka belajar mengenal akan realistas ciptaan Tuhan dan kebenaran-Nya.
Pendidikan anak dilakukan sepanjang hari, selama dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, proses yang berlanjut dari lahir hingga anak-anak menjadi dewasa. Proses yang berulang-ulang. “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:6-7, Ul. 11:19)
Sebagai orangtua, kita harus menggunakan waktu yang tersedia (Kairos) untuk mendidik anak-anak kita. Hal itu bertentangan dengan pendapat John H. Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan dari Swiss yang berpendapat bahwa anak-anak akan belajar ketika mereka siap untuk belajar (readiness). Jika kita memberikan kesempatan kapan anak mau belajar, maka natur keberdosaan manusia dalam hal kenikmatan, keinginan daging, menunda pekerjaan, maka anak lebih cenderung menghindari belajar. Orangtua Kristen akan mengalami kegagalan bila tidak memanfaatkan waktu yang tersedia dalam mendidik anak.
Apa yang menjadi fokus utama dalam pendidikan anak dari perspektif Kristen?
Pendidikan anak dalam perspektif Kristen harus memiliki tujuan utama yaitu mempersiapkan anak dalam kehidupan masa kini dan kehidupan kekal dalam Yesus Kristus. Tujuan pendidikan bukan hanya mengejar pengetahuan semata untuk persiapan masa kini, persiapan mendatang, dan untuk kekekalan. Pendidikan tidak semata sebatas kehidupan masa kini namun “goes beyond this life“, pendidikan dari perspektif Alkitab harus menyiapkan murid bukan hanya preparation for this life tetapi preparation beyond this life.
Guru dan orangtua Kristen tidak boleh lupa bahwa satu-satunya esensi pendidikan Kristen dalam arti yang sesungguhnya adalah mengenalkan mereka pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Pendidikan anak harus mengenal Kristus sebagai keutamaan dalam semua aspek kehidupan. Kehadiran Kristus haruslah menjadi fokus dalam sepanjang waktu kehidupan anak, oleh karenanya pendidikan bagi anak-anak haruslah berpusat pada Kristus.
Dengan berpusat pada Kristus, kita membawa pendidikan Kristen pada tujuan yang diamanatkan Tuhan kepada kita, yaitu melihat anak-anak memiliki relasi secara pribadi dengan Tuhan, melihat anak-anak menjadi murid-murid Yesus. Pendidikan haruslah menempatkan Kristus menjadi pusat atau inti dari semua hal yang kita lakukan untuk mengajar anak-anak kita.
Pelayanan pendidikan Kristen dalam karya penebusan Kristus adalah satu kesatuan, tanpa penebusan, tidak ada seorang pun dapat meletakkan dasar lain kecuali dasar yang telah diletakkan dalam diri Yesus Kristus. John Milton pada makalahnya “Of Education” menuliskan:
Dalam perspektif Kristen, apa yang menjadi landasan atau dasar utama pendidikan anak?
Landasan dasar yang digunakan dalam pendidikan anak adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan sumber keselamatan, kebenaran, hikmat dan pengetahuan. “Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” (Kol. 2:3). Alkitab juga menyatakan bahwa Allah tidak hanya menciptakan segala sesuatu tetapi segala sesuatu diciptakan untuk-Nya. Sebagai Pencipta, Allah adalah kekekalan dan sumber kebenaran yang sejati. Ketika Firman Allah dihapus dari proses pendidikan, pendidikan hanyalah kesia-siaan belaka manusia. Pendidikan yang dikembangkannya akan menjadi praksis yang menyesatkan dan mengingkari Tuhan sebagai sumber sumber keselamatan, kebenaran, sumber hikmat dan sumber pengetahuan.
Apapun yang kita ajarkan kepada anak-anak dan remaja harus didasarkan pada kebenaran mutlak dalam Firman Allah. Salah satu pendiri ACSI, Roy W. Lorie (Association of Christian Schools International) mengatakan, “Tak ada satu pelajaranpun dapat diajarkan dengan tuntas dalam kebenarannya jika Sang Pencipta diabaikan atau diingkari.”
Pendidikan dan pemeliharan anak di sekolah mengajarkan kebergantungan anak pada kasih dan anugerah Allah. Pengenalan akan Allah mengajarkan murid-murid untuk memahami rencana hidupnya dalam rancangan Tuhan.
Dalam perspektif Kristen, apakah panggilan pendidikan bagi anak dalam menghadapi masa depan?
Pendidikan mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupannya di dunia dan dalam kekekalan. Pendidikan anak-anak dalam perspektif Kristen memiliki perspektif kekekalan dalam kehidupannya. Allah meletakkan dua panggilan dalam kehidupan anak. Pertama, panggilan yang melibatkan panggilan Allah bagi seseorang untuk kehidupan pelayanan iman dalam keseharian kehidupannya. Kedua, panggilan kehidupan anak dalam kekekalan, yaitu agar setiap anak mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Pendidikan anak dalam perspektif Kristen tidak saja mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan masa depan, tetapi juga kehidupan dalam kebersamaan dengan Allah. Sedangkan pendidikan sekuler hanya berfokus pada kehidupan masa kini yang menekankan kesuksesan, kompetisi, dan kemakmuran. Bagi pendidikan sekuler, sukses finansial adalah tujuan yang terutama dalam pendidikan masa kini.
Dalam perspektif Kristen, sekolah adalah mitra orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Sedangkan orangtua adalah pendidik utama. Sekolah Kristen harus menyelaraskan prinsip pendidikan Kristen berkaitan pengembangan karakter dan pendisiplinan anak baik di sekolah maupun di rumah. Sekolah Kristen adalah perpanjangan tangan dari orangtua dalam mendidik anak. Sekolah Kristen berkesempatan menggunakan pertemuan orang tua murid sebagai sarana “parenting school“ dengan tujuannya menjalin relasi dan kebersamaan dalam mengembangkan karakter, sikap, moral, dan spiritual anak. Untuk dapat membangun hubungan tersebut, Sekolah Kristen harus memiliki filsafat dan prinsip-prinsip pendidikan Kristen yang bersumber pada kebenaran Firman Tuhan.
Apa yang sebaiknya menjadi pertimbangan orang tua ketika ingin menyerahkan anaknya untuk dididik kepada pihak lain juga, misalnya sekolah?
Apabila orang tua mendelegasikan pendidikan anak kepada orang lain atau pihak lain, mereka harus memilih guru-guru Kristen yang selektif dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. (I Sam. 1:27-28). Orang tua harus memilihkan sekolah Kristen terbaik bagi pendidikan anak mereka. Mereka perlu memastikan pembinaan iman, kerohanian dan pendidikan akademik yang terbaik yang ada dalam sekolah Kristent tersebut.
Ketika Musa mendidik anak-anak bangsa Israel untuk mengikuti Tuhan, Yitro mengatakan bahwa dia lebih baik mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain jika ia berencana untuk bertahan hidup. Namun, Yitro memperingatkan Musa untuk sangat berhati-hati dalam memilih orang, Musa perlu memeriksakan karakter orang yang dapat didelegasikan sebagian dari tanggung jawab ini. Pada dasarnya, masing-masing orang pilihan harus takut akan Tuhan, cinta kebenaran dan benci ketamakan.
Jika peran utama tersebut ada pada orang tua, siapakah yang lebih berperan, apakah sang ayah atau ibu?
Orang tua memegang peran penting bagi pendidikan anak. Sejak dari bayi sampai memilihkan sekolah bagi anaknya, peran orang tua sebagai pendidik utama sudah dinyatakan. Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab orangtua bersama. Setiap orangtua Kristen harus sadar bahwa anak-anak adalah tugas orang tua yang diperintahkan Tuhan dalam mendidik anak. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya orangtua mendidik dan mengajar anak-anak mereka. Alkitab menyebutkan peran ayah secara spesifik ditugaskan dalam mendidik anak-anak mereka “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4). Peran ayah dalam mendidik anak juga dinyatakan dalam Ibrani 12:9-10, ” dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati” Bahkan ada pepatah mengatakan “seorang ayah yang mengajar lebih dari seratus guru”, memberikan gambaran betapa pentingnya ayah (orang tua) yang mengajar.
Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar. Setiap orang tua Kristen harus bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang Tuhan berikan dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak semata-mata mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tetapi mengenal kebenaran Allah, hidup bersama dengan Allah. Mazmur 127:5 mengatakan “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” Pendidikan pada anak mengajarkan mereka jalan kehidupan, jalan yang menunjukkan juruselamat, menunjukkan kebenaran, mengenal hikmat, dan pengetahuan. Pendidikan anak harus berdasarkan pada Firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran mutlak.
Oswald Chambers (1874-1917) seorang guru dan penginjil dari gerakan Holiness Movement dari Inggris merespon kegundahanya dalam pendidikan anak. Menurut Chambers, manusia beriman harus mendidik anak dalam iman, sebab bila tidak, mereka akan kesulitan datang tidak ada untuk menolongnya, dia terisolasi dan kesepian.
Have I
been able to reproduce my own kid spiritually? If so, in a time of
difficulty I will be brought through magnificently victorious: but woe
be to the spiritual man who has never produced his own kind, when the
difficulties come there is none to assist, he is isolated and lonely
Oleh sekolah harus mampu
menjembataninya dengan pendidikan Kristen dalam setiap aspek kehidupan
anak, mempelajari setiap pelajaran dengan perspektif Kristen,
penyelenggaraan parenting school bagi orang tua untuk menyelaraskan
pendidikan dan pembinaan karakter yang sesuai firman Tuhan baik di rumah
maupun di sekolah.Anak saya sulit belajar, apakah harus menunggu anak itu ingin belajar, terutama bagi para orang tua sibuk, untuk mendidik anak mereka?
Alkitab mengatakan bahwa kita wajib mengajar anak-anak dengan sepenuh waktu, di sinilah kita harus membuat suasana belajar yang lebih kondusif, membuat mereka siap belajar. Alkitab tidak menyebutkan anak akan belajar ketika mereka siap. Orang tua harus mengkondisikan kesiapan anak dalam belajar dalam sepanjang waktu. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Di sinilah peran orang tua dan guru agar anak dapat dipersiapkan sepanjang waktu untuk mereka belajar mengenal akan realistas ciptaan Tuhan dan kebenaran-Nya.
Pendidikan anak dilakukan sepanjang hari, selama dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, proses yang berlanjut dari lahir hingga anak-anak menjadi dewasa. Proses yang berulang-ulang. “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:6-7, Ul. 11:19)
Sebagai orangtua, kita harus menggunakan waktu yang tersedia (Kairos) untuk mendidik anak-anak kita. Hal itu bertentangan dengan pendapat John H. Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan dari Swiss yang berpendapat bahwa anak-anak akan belajar ketika mereka siap untuk belajar (readiness). Jika kita memberikan kesempatan kapan anak mau belajar, maka natur keberdosaan manusia dalam hal kenikmatan, keinginan daging, menunda pekerjaan, maka anak lebih cenderung menghindari belajar. Orangtua Kristen akan mengalami kegagalan bila tidak memanfaatkan waktu yang tersedia dalam mendidik anak.
Apa yang menjadi fokus utama dalam pendidikan anak dari perspektif Kristen?
Pendidikan anak dalam perspektif Kristen harus memiliki tujuan utama yaitu mempersiapkan anak dalam kehidupan masa kini dan kehidupan kekal dalam Yesus Kristus. Tujuan pendidikan bukan hanya mengejar pengetahuan semata untuk persiapan masa kini, persiapan mendatang, dan untuk kekekalan. Pendidikan tidak semata sebatas kehidupan masa kini namun “goes beyond this life“, pendidikan dari perspektif Alkitab harus menyiapkan murid bukan hanya preparation for this life tetapi preparation beyond this life.
Guru dan orangtua Kristen tidak boleh lupa bahwa satu-satunya esensi pendidikan Kristen dalam arti yang sesungguhnya adalah mengenalkan mereka pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Pendidikan anak harus mengenal Kristus sebagai keutamaan dalam semua aspek kehidupan. Kehadiran Kristus haruslah menjadi fokus dalam sepanjang waktu kehidupan anak, oleh karenanya pendidikan bagi anak-anak haruslah berpusat pada Kristus.
Dengan berpusat pada Kristus, kita membawa pendidikan Kristen pada tujuan yang diamanatkan Tuhan kepada kita, yaitu melihat anak-anak memiliki relasi secara pribadi dengan Tuhan, melihat anak-anak menjadi murid-murid Yesus. Pendidikan haruslah menempatkan Kristus menjadi pusat atau inti dari semua hal yang kita lakukan untuk mengajar anak-anak kita.
Pelayanan pendidikan Kristen dalam karya penebusan Kristus adalah satu kesatuan, tanpa penebusan, tidak ada seorang pun dapat meletakkan dasar lain kecuali dasar yang telah diletakkan dalam diri Yesus Kristus. John Milton pada makalahnya “Of Education” menuliskan:
“The
end then of learning is to repair the ruins of our first parents by
regaining to know God aright and out of that knowledge to love Him, to
imitate Him, to be like Him….”
Dengan keutamaan pada Kristus, maka
pengenalan anak pada Kristus adalah bagian dari Amanat Agung. Kristus
harus menjadi pusat dari proses pendidikan. Melalui karya Yesus Kristus,
gambar dan rupa Allah pada diri anak yang telah rusak karena
keberdosaan manusia akan dipulihakan. Aspek lain dari Pendidikan Kristen
adalah mengembangkan Christian mind, yaitu cara berpikir dan memandang
segala sesuatu dari sudut pandang Kristen, oleh karenanya pembelajaran
dalam kelas harus dapat memandang semua subjek pelajaran dalam sudut
pandang Kristen. Hal ini dilakukan agar setiap anak memahami realitas
ciptaan Tuhan dan memahami rencana hidupnya dalam kasih Tuhan. Beberapa
hal yang harus dilakukan dalam pembelajaran di sekolah Kristen adalah
pembinaan iman, mengajar anak dengan berpusat pada Kristus. Suatu hal
yang hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kurikulum pendidikan
Kristen.Dalam perspektif Kristen, apa yang menjadi landasan atau dasar utama pendidikan anak?
Landasan dasar yang digunakan dalam pendidikan anak adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan sumber keselamatan, kebenaran, hikmat dan pengetahuan. “Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” (Kol. 2:3). Alkitab juga menyatakan bahwa Allah tidak hanya menciptakan segala sesuatu tetapi segala sesuatu diciptakan untuk-Nya. Sebagai Pencipta, Allah adalah kekekalan dan sumber kebenaran yang sejati. Ketika Firman Allah dihapus dari proses pendidikan, pendidikan hanyalah kesia-siaan belaka manusia. Pendidikan yang dikembangkannya akan menjadi praksis yang menyesatkan dan mengingkari Tuhan sebagai sumber sumber keselamatan, kebenaran, sumber hikmat dan sumber pengetahuan.
Apapun yang kita ajarkan kepada anak-anak dan remaja harus didasarkan pada kebenaran mutlak dalam Firman Allah. Salah satu pendiri ACSI, Roy W. Lorie (Association of Christian Schools International) mengatakan, “Tak ada satu pelajaranpun dapat diajarkan dengan tuntas dalam kebenarannya jika Sang Pencipta diabaikan atau diingkari.”
Pendidikan dan pemeliharan anak di sekolah mengajarkan kebergantungan anak pada kasih dan anugerah Allah. Pengenalan akan Allah mengajarkan murid-murid untuk memahami rencana hidupnya dalam rancangan Tuhan.
Dalam perspektif Kristen, apakah panggilan pendidikan bagi anak dalam menghadapi masa depan?
Pendidikan mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupannya di dunia dan dalam kekekalan. Pendidikan anak-anak dalam perspektif Kristen memiliki perspektif kekekalan dalam kehidupannya. Allah meletakkan dua panggilan dalam kehidupan anak. Pertama, panggilan yang melibatkan panggilan Allah bagi seseorang untuk kehidupan pelayanan iman dalam keseharian kehidupannya. Kedua, panggilan kehidupan anak dalam kekekalan, yaitu agar setiap anak mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Pendidikan anak dalam perspektif Kristen tidak saja mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan masa depan, tetapi juga kehidupan dalam kebersamaan dengan Allah. Sedangkan pendidikan sekuler hanya berfokus pada kehidupan masa kini yang menekankan kesuksesan, kompetisi, dan kemakmuran. Bagi pendidikan sekuler, sukses finansial adalah tujuan yang terutama dalam pendidikan masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar