Oleh: Tim Bengkel PAK-STT Jakarta Disampaikan oleh: Pdt.S.R.Pua STh |
|
Lihat! Mereka datang... ada yang berlari agar
tidak terlambat, ada yang bergandengan tangan dengan saudaranya. Langkah mereka cepat dan
ringan bagaikan anak rusa yang berkejar-kejaran. Satu tujuannya, berkumpul dan mendengar
bersama cerita yang disampaikan oleh guru mereka.Pernahkan kita merasakan besarnya
keinginan anak untuk datang ke sekolah minggu dan mendengarkan cerita Alkitab. Anak-anak
adalah pendengar-pendengar kecil itu, duduk manis dengan mata tertuju kepada kita dan
mulut sedikit terbuka? Anak pada hakekatnya haus akan cerita. Bahkan bukan hanya anak,
semua orang suka mendengarkan sebuah cerita.
Allah mengenal betul kemampuan manusia yang mudah belajar dengan cara mendengarkan
cerita. Karena itu Allah menggunakan cerita untuk mengajar umat-Nya. Dua pertiga dari
Perjanjian Lama dan sepertiga Perjanjian Baru dikemas dalam bentuk cerita.
A. Cerita.
Cerita biasanya terdiri dari serangkaian peristiwa yang saling terkait dalam suatu
periode waktu, yang di dalamnya pembaca atau pendengar melihat tokoh-tokoh yang berperan,
merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh itu, mengalami ketegangan karena perasaan
yang muncul dan kelegaan ketika persoalan itu dapat diselesaikan. Dan yang penting dari
sebuah cerita adalah makna yang dapat disampaikan kepada para pembaca atau pendengarnya.
Banya pengajaran dalam Alkitab disampaikan dalam bentuk cerita. Dengan harapan cerita
yang disampaikan dapat dimengerti, membekas dalam hati serta mampu diwujudkan oleh pembaca
atau pendengar melalui sikap hidup sehari-hari.
B. Bercerita.
Bercerita adalah suatu upaya menyampaikan suatu peristiwa dan menghidupkannya sehingga
pendengar atau pembaca dapat merasakan peristiwa yang disampaikan, bahkan pendengar atau
pembaca dapat mengambil makna dari cerita itu sebagai mutiara kehidupan, mutiara iman.
Pada dasarnya manusia diberi kemampuan untuk bercerita (ngobrol, nge-rumpi, dsb).
Seseorang yang menyampaikan cerita dengan baik, sama halnya dengan seorang pelukis.
Seorang pelukis dengan indera mata, mata hati serta imajinasi yang terlatih akan memandang
pematang sawah yang berliku-liku, pondok kecil dengan anak kecil yang setia menjaga, padi
yang menguning dan kemudian melukiskannya di atas kanvas. Begitu pula si pencerita
perlu mengembangkan kemampuannya untuk melihat, yaitu peristiwa yang terjadi dalam
cerita-cerita yang dibawakannya. Bercerita berarti menolong orang lain agar dapat melihat
apa yang terkandung dalam suatu peristiwa.
Bercerita adalah salah satu metode dari sekian metode yang dipakai di dalam mengajar.
Ada orang yang memang mempunyai bakat untuk bercerita dan ada yang tidak memilikinya.
Namun persoalannya bukanlah terletak pada berbakat atau tidaknya seseorang dalam
bercerita. Persoalan penting dan perlu diperhatikan adalah kemauan untuk terus menerus
melatih kemampuan bercerita.
C. Mempersiapkan cerita.
Bercerita adalah salah satu metode menyampaikan suatu pelajaran, karena itu perlu
persiapan. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan adalah:
D. Tehnik bercerita.
Bila konsep cerita telah tersusun dengan baik beserta pengayaannya. Maka selanjutnya
adalah menyampaikan konsep itu kepada anak-anak. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
Bercerita adalah upaya mengkomunikasikan suatu peristiwa yang telah lalu yang di
dalamnya terdapat makna yang berguna untuk disampaikan kepada pendengar. Bercerita dalam
sekolah minggu atau kebaktian anak bukan hanya berhenti ketika anak-anak sudah tahu dan
mereka mendengar cerita yang disampaikan, tetapi lebih dari itu anak mampu mendapatkan
makna Firman Tuhan yang disampaikan dalam bentuk cerita. Bercerita bukan hanya
menyampaikan pesan atau peristiwa, tetapi juga memberi nuansa yang baik bagi perkembangan
anak. Tuhan Memberkati kita.
|
JUDUL YANG ANDA CARI
Selasa, 31 Juli 2012
Bercerita Kepada Anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar