Selasa, 31 Juli 2012

Bercerita Kepada Anak

Oleh: Tim Bengkel PAK-STT Jakarta
Disampaikan oleh: Pdt.S.R.Pua STh
Lihat! Mereka datang... ada yang berlari agar tidak terlambat, ada yang bergandengan tangan dengan saudaranya. Langkah mereka cepat dan ringan bagaikan anak rusa yang berkejar-kejaran. Satu tujuannya, berkumpul dan mendengar bersama cerita yang disampaikan oleh guru mereka.Pernahkan kita merasakan besarnya keinginan anak untuk datang ke sekolah minggu dan mendengarkan cerita Alkitab. Anak-anak adalah pendengar-pendengar kecil itu, duduk manis dengan mata tertuju kepada kita dan mulut sedikit terbuka? Anak pada hakekatnya haus akan cerita. Bahkan bukan hanya anak, semua orang suka mendengarkan sebuah cerita.
Allah mengenal betul kemampuan manusia yang mudah belajar dengan cara mendengarkan cerita. Karena itu Allah menggunakan cerita untuk mengajar umat-Nya. Dua pertiga dari Perjanjian Lama dan sepertiga Perjanjian Baru dikemas dalam bentuk cerita.
A. Cerita.
Cerita biasanya terdiri dari serangkaian peristiwa yang saling terkait dalam suatu periode waktu, yang di dalamnya pembaca atau pendengar melihat tokoh-tokoh yang berperan, merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh itu, mengalami ketegangan karena perasaan yang muncul dan kelegaan ketika persoalan itu dapat diselesaikan. Dan yang penting dari sebuah cerita adalah makna yang dapat disampaikan kepada para pembaca atau pendengarnya.
Banya pengajaran dalam Alkitab disampaikan dalam bentuk cerita. Dengan harapan cerita yang disampaikan dapat dimengerti, membekas dalam hati serta mampu diwujudkan oleh pembaca atau pendengar melalui sikap hidup sehari-hari.
B. Bercerita.
Bercerita adalah suatu upaya menyampaikan suatu peristiwa dan menghidupkannya sehingga pendengar atau pembaca dapat merasakan peristiwa yang disampaikan, bahkan pendengar atau pembaca dapat mengambil makna dari cerita itu sebagai mutiara kehidupan, mutiara iman.
Pada dasarnya manusia diberi kemampuan untuk bercerita (ngobrol, nge-rumpi, dsb). Seseorang yang menyampaikan cerita dengan baik, sama halnya dengan seorang pelukis. Seorang pelukis dengan indera mata, mata hati serta imajinasi yang terlatih akan memandang pematang sawah yang berliku-liku, pondok kecil dengan anak kecil yang setia menjaga, padi yang menguning dan kemudian melukiskannya di atas kanvas.  Begitu pula si pencerita perlu mengembangkan kemampuannya untuk melihat, yaitu peristiwa yang terjadi dalam cerita-cerita yang dibawakannya. Bercerita berarti menolong orang lain agar dapat melihat apa yang terkandung dalam suatu peristiwa.
Bercerita adalah salah satu metode dari sekian metode yang dipakai di dalam mengajar. Ada orang yang memang mempunyai bakat untuk bercerita dan ada yang tidak memilikinya. Namun persoalannya bukanlah terletak pada berbakat atau tidaknya seseorang dalam bercerita. Persoalan penting dan perlu diperhatikan adalah kemauan untuk terus menerus melatih kemampuan bercerita.
C. Mempersiapkan cerita.
Bercerita adalah salah satu metode menyampaikan suatu pelajaran, karena itu perlu persiapan. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan adalah:
  1. Mempelajari dan mencari tahu kondisi dan tingkat kemampuan para pendengar.
  2. Memahami dan menghayati bahan pelajaran yang akan disampaikan.
  3. Mengolah bahan tersebut dan memperkaya dengan baham-bahan lain (untuk hal ini dapat menggunakan alat atau gambar peraga yang menunjang, yang juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak).
  4. Susunlah bahan tersebut dalam bentuk cerita, yang biasanya terdiri dari:
    • Pendahuluan cerita yang menarik
    • Isi cerita dengan diperkaya bahan lain
    • Makna cerita yang sederhana dan jelas
    • Klimaks cerita yang menarik
    • Penutup cerita singkat saja tapi berkesan

D. Tehnik bercerita.
Bila konsep cerita telah tersusun dengan baik beserta pengayaannya. Maka selanjutnya adalah menyampaikan konsep itu kepada anak-anak. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
  1. Usahakan dan biasakan tidak teks-book, ciptakan kontak pandang dan batin dengan anak (konsep yang kita susun sebaiknya kita endapkan dalam pikiran kita).
  2. Menggunakan body-language (bahasa tubuh).
  3. Perubahan ekspresi (mimik, raut muka)
  4. Intonasi suara (naik turun suara, lemah-kuatnya, tekanan-tekanan dan jeda)
  5. Percakapan, dialog, monolog antar atau oleh pencerita
Bercerita adalah upaya mengkomunikasikan suatu peristiwa yang telah lalu yang di dalamnya terdapat makna yang berguna untuk disampaikan kepada pendengar. Bercerita dalam sekolah minggu atau kebaktian anak bukan hanya berhenti ketika anak-anak sudah tahu dan mereka mendengar cerita yang disampaikan, tetapi lebih dari itu anak mampu mendapatkan makna Firman Tuhan yang disampaikan dalam bentuk cerita. Bercerita bukan hanya menyampaikan pesan atau peristiwa, tetapi juga memberi nuansa yang baik bagi perkembangan anak. Tuhan Memberkati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar