Rabu, 20 November 2013

MEMBUAT TUHAN BERSUKACITA



 Ayat bacaan: Mazmur 104:31

"Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!"

Salah seorang murid saya adalah anggota dari mahasiswa pencinta alam. Apa yang menggerakkannya untuk aktif dalam perkumpulan ini adalah kerinduannya untuk menikmati bagian alam yang masih asri, indah, dan segar yang tentu sulit diperoleh di kota-kota besar, terutama kota industri. Untuk itu, ia siap menempuh perjalanan jauh lengkap dengan segala risiko di dalamnya. "Perjuangannya berat, tetapi semua itu terlupakan begitu saya melihat keindahan alam yang tidak dilihat oleh orang lain," katanya ringan sambil tersenyum. Kota semakin padat, setiap sisi diubah menjadi gedung-gedung. Dan, alam yang indah pun semakin tergerus oleh pertumbuhan kota. Bagi kita yang tinggal di kota, terutama kota besar, harus terlebih dahulu mengambil waktu khusus untuk berlibur agar bisa menikmati suasana yang jauh dari ingar-bingar dan polusi di kota-kota besar ini.

Sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan teramat sangat indah. Itu merupakan anugerah yang amat besar, yang terlebih dahulu Dia sediakan sebelum menciptakan manusia. Mengapa? Supaya ketika manusia hadir, keindahan itu sudah bisa dinikmati secara langsung. Sejak semula, Tuhan pun sudah menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik (Kejadian 1:11-12). Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu diciptakan Tuhan dengan baik (ayat 14-18). Segala jenis hewan, baik burung-burung di udara, ikan-ikan di laut, dan hewan-hewan darat, semua Dia ciptakan dengan baik (ayat 20-22). Alam semesta beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tetapi lihatlah bahwa otoritas untuk menguasai diberikan kepada kita (Kejadian 1:28). Kata menguasai di sini bukan berarti kita boleh bertindak semena-mena dengan melakukan apa pun seenaknya. Sebaliknya, kita diminta untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua kepada kita. Idealnya, kita bersyukur dan bersukacita bersama-sama dengan Tuhan, menikmati segala keindahan itu. Akan tetapi, apakah kita sudah melakukannya?


Mari kita lihat sebuah ayat dari Mazmur 104 yang berbunyi, "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31) Pemazmur merenungkan segala kebesaran kasih Tuhan lewat segala ciptaan-Nya yang sangat baik dan indah di bumi ini, seperti yang ia pandang dari pagi hingga malam. Seyogianya, atas semua itu Tuhan bisa bersukacita. Bukankah semua yang Dia ciptakan itu baik adanya? Itulah yang disampaikan Pemazmur. Hendaklah kita tahu membuat Tuhan bersukacita atas ciptaan-Nya atau perbuatan-perbuatan-Nya. Apakah Tuhan bisa bersukacita atas segala ciptaan-Nya yang indah itu hari ini? Sayangnya, apa yang terjadi hari ini justru sebaliknya.

Sangat memprihatinkan melihat bagaimana destruktifnya manusia yang terus merusak alam demi keuntungan sesaat dan kepentingan pribadi. Semakin lama, kita semakin sulit menemukan alam yang masih segar. Apa yang terjadi hari-hari ini agaknya sulit membuat Tuhan bersukacita atas ciptaan-ciptaan-Nya. Manusia terus saja merusak kelestarian lingkungan. Membuang sampah sembarangan, sungai-sungai tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman penduduk, asap kotor yang keluar dari cerobong pabrik-pabrik dan knalpot kendaraan, semua itu merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita. Kerusakan lingkungan dan menipisnya lapisan ozone membuat dunia ini semakin lama semakin hancur. Segala tumbuhan hijau dan segar musnah digantikan oleh besi-besi dalam berbagai bentuk. Semakin lama, manusia yang diciptakan Allah secara istimewa semakin tidak menghargai karya Penciptanya. Selain merusak lingkungan, menghancurkan ekosistem, dan lain-lain, manusia juga berani saling membinasakan satu sama lain. Padahal, semua manusia sama-sama ciptaan Tuhan yang sangat berharga, bahkan mulia di mata-Nya. Namun, di mata sesama manusia, nyawa itu dihargai sangat murah, letaknya berada sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri sendiri. Tuhan sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita lewat Kristus, tetapi kita begitu sulit untuk sekadar menghargai kebaikan-Nya. Jika semua ini terjadi, bagaimana mungkin Tuhan bisa bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya?

Segala keindahan alam sejak semula Dia ciptakan sebagai gambaran kasih-Nya kepada kita. Itu merupakan hadiah yang luar biasa indah, yang diberikan kepada kita. Seharusnya, Tuhan bisa bersukacita melihat semua ciptaan-Nya hidup dengan baik, harmonis, damai, dan penuh kasih. Gambaran yang sebaliknya tentu membuat-Nya sangat kecewa. Dia menciptakan yang indah, tetapi kita merusaknya. Lalu, ketika bencana datang silih berganti, kita malah berani menyalahkan Tuhan. Pemazmur sudah menyerukan agar kita mau mulai berpikir untuk membuat Tuhan bisa bersukacita atas ciptaan-Nya. Itu bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian lingkungan, mengambil bagian dalam gerakan-gerakan penghijauan, dan tidak ikut-ikutan mencemarkan lingkungan dengan perilaku-perilaku kita yang buruk. Bersyukurlah jika hari ini masih bisa melihat alam yang indah, meski tidak lagi mudah. Akan tetapi, apakah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikannya? Tuhan menitipkan milik-Nya kepada kita untuk dikelola, dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, di sanalah Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaan-Nya di muka bumi ini dapat saling bekerja sama dalam menghormati hasil karya-Nya yang agung. Jika Anda melihat sekeliling Anda hari ini dan masih mendapati sesuatu yang indah, bersyukurlah untuk itu. Dan, mari kita jaga bersama-sama agar anak cucu kita masih bisa menyaksikan keindahan alam itu dan dengan sendirinya merasakan bentuk cinta kasih Tuhan lewat anugerah-Nya atas alam yang indah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar